Skip to main content

Kuliah di Jurusan Kesehatan Masyarakat (?)





2013                                                     2017

  • Kenapasih pilih Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM ) ?

Sejak kecil aku ngerasa punya jiwa sosial yang tinggi, rasa ingin tahu yang cukup tinggi juga dan akhirnya aku ngerasa perlu mencari passionnya aku dimana. Ikut beberapa test psikologi gitu dan hasilnya gakjauh dari manajemen, bisnis, sosial dan bidang kesehatan. Langsung coba browsing – browsing kuliah tuh ada jurusan apa sih, baca-baca artikel sampe blog orang orang yang kuliah. Memilih kuliah di dunia kesehatan yang murni (perawat ataupun dokter) bukan aku banget yang harus ngeliat benda jarum suntik atau bahkan darah yang bercecer.
Sampe nemulah bacaan yang intinya di UI ada Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pertentangan datang dari orangtua dan lingkungan yang sama-sama baru denger jurusan tersebut. “MAU JADI APA?”, itu pertanyaan yang selalu ditanyakan. Tapi entah kenapa aku yakin aja sama pilihan aku untuk FKM itu, dan aku ngerasa jenjangnya nanti aku mau ambil MARS dan aku mau tau tentang Kerumah Sakitan.
Setelah segala cara dilakukan untuk masuk FKM UI akhirnya ALLAH SWT berkehendak lain, yang akhirnya aku keterima SBMPTN dipilihan ke 2 yaitu di UNDIP (Semarang), tentu aku merantau cukup jauh dari rumah (Bandung).
  • Kuliahnya ngapain aja ?

Awal masuk kuliah ngerasa “yah sama aja ini mah gue kaya kedokteran, pake nemu darah-darahan (padahal Cuma ambi darah buat test kesehatan tetep aja gak suka, karena gakbisa liat darah)” terus belajar ANFIS yang isinya tetnag tubuh manusia gt, bikin laporan dan segala macem, nemu lagi matakuliah BIOMEDIK makin ngerasa “salah gak sih gue pilih ini?”. Tapi semester selanjutnya makin belajar banyak hal dari mulai pendampingan ke masyarakat terutama Ibu Hamil dan Menyusui, terus sering ada tugas yang mengharuskan turun kemasyarakat dan aku suka banget!!! Secara suka banget berinteraksi dan melakukan hal dibidang sosial gitu. Ada juga belajar software yang bisa ngitung kebutuhan kalori untuk setiap hari, jadi kita bisa buat jadwal/menu makanan apa aja yang sesuai kalori yang kita butuhin, Ibu Hamil Butuhin sampe Ibu Menyusui Butuhin. Disamping itu ada pelajaran ADVOKASI yang berguna banget buat aku yang ikut organisasi dan suka ketemu orang banyak. Adapaun kegiatan magang yang diberikan kesempatan untuk bebas memilih, 1 bulan magang di Jogja di CSRnya Unilever dan ikut andil dalam beberapa program DIY and Magelang Green and Clean.
Di Semester 5 ada penjurusan atau pemilihan peminatan dan aku milih PROMKES.
Di semester akhir ada 1 kegiatan sebelum skripsi itu namanya KKN, 42 hari satu atap sama temen-temen dari fakultas lain. Aku sebagai anak FKM ngerasa PD banget ada di lingkungan masyrakat desa, KENAPA ? karena sudah biasa bertemu dan terjun langsung ke masyarakat, jadi mudah aja gitu mau buat program apa aja dan berbaur dengan masyarakatnyapun.
  • Kenapa Peminatan Promkes ?

Orang bilang dosen dosen PROMKES galak-galak, adapun yang gak galak tapi susah di mengerti. Tapi aku gak liat dari siapa yang ngajarnya, aku ngeliat dari materi apa aja yang ada didalamnya.
Di PROMKES belajar design, jadi kita bisa bikin media untuk mempromosikan terkait kesehatan kepada orang banyak bentuknya bisa berupa poster, brosur, leaflat, sampe video juga. Terus belajar Penanggulanagan Inferksi HIV/AIDS, dimana kita diberikan sex education sampe stigma masyarakat yang seharusnya tidak ada terhadap penderita. Psikologi Kesehatan juga dipelajari guna mengetahu pribadi seseorang yang kaitannya dengan kesehatan. Masih banyak lagi yang intinya di PROMKES itu lebih kepada bagaimana caranya kita mengkomunikasikan kepada mereka di luar sana untuk berperilaku sehat dan bahkan hingga belajar memahami perilaku manusia untuk hidup sehat.
So far, aku bener-bener menikmati kuliah yang aku jalanin pada saat itu.
  • Kenapa Skripsinya Kualitatif ?

Adanya matakuliah Studi Kualitatif bikin aku tertarik dengan metode pengambilan sample dan cara mengumpulkan respondennya, disitu aku merasa tertantang buat mencari respondennya bagaimana, hingga mengumpulkan informasinya. Kebetulan judul skripsi yang aku pilih belum pernah ada yang meneliti jadi semakin aku merasa bebas untuk bergerak karena aku ngerasa tidak akan ada yang menjadi tolak ukur hingga patokannya seperti apa (kalau oranglain kan mikirnya gak enak, kalau udah pernah diteliti katanya lebih mudah liat ngerjainnya karena ada yang ditiru).
Teknik wawancara dalam pengambilan informasi adalah salah satu cara aku meningkatkan kemampuan komunikasi aku di berbagai kalangan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Snowbolling adalah cara mengumpulkan responden dari satu orang ke orang lainnya, dimana aku memahami bahwa ini membuat aku belajar tentang relasi. Selama skripsi aku enjoy banget ngerjain STUDI KUALITATIF gak ada beban sama sekali, bahkan DOSBING (dosen pembimbing) yang orang banyak bilang susah, harus banyak baca, sulit dimengerti, susah ditemuin, dan lainnya yang dikeluhkan Alhamdulillah GAK SAMA SEKALI aku ada trouble dengan beliau, semua berjalan dengan mudah, lancar dan cepat. Hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan denga waktu yang cukup singkat yang aku lihat beliau merasakan effort yang ada dalam diri aku, setiap revisi gak pernah lebih dari 2 hari. Bimbingan gak harus melulu janjian di balik meja beliau, sering sekali saat beliau sedang jalan di area kampus aku hampiri 2-5 menit untuk konsultasi singkat dan itu langsung aku kerjain, besoknya udah aku ajuin hasilnya.
Jadi buat mereka yang bilang aku “anak emasnya, curang gak pernah ajak bimbingan bareng, dan berujung nyinyirin aku” Kalian SALAH BESAR!!!! EFFORT Kalian yang kurang sampe akhirnya kalian merasa aku jauh melangkah daripada kalian .
Satu hal lagi KONSISTEN dalam menentukan SKRIPSI adalah hal yang paling sensitif dalam cepat atau lambatnya menyelesaikannya. Kuantitaif ataupun kualitatif ada lebih dan kurangnya masing-masing. Kalau Kualitatif kita sebagai peneliti bisa lebih banyak mengembangkan gagasan saat ada di lapangan, kurangnya adalah saat mendeskripsikan hasil penelitian akan menghabiskan banyak halaman. INTINYA Proses yang kita lakukan adalah Hasil yang akan kita dapatkan sendiri pula.
  •  Dan Akhirnya WISUDA!!!!

Walaupun sidang ke 4 dari 400an mahasiswa tapi aku gak bisa ikut wisuda periode pertama karena pendaftaran yang tidak terkejar dan akuun tidak mau terburu-buru, wisuda hanya sekedar celebration menurutku, dan aku menunggu periode selanjutnya sambil menunggu teman-teman yang lainnya supaya wisudanya ramai.
Siapa sangka aku yang teramat santai dalam menghadapi perkuliahan (dalam artian tidak terlalu diambil psuing terkait akademik hingga nilai yang didapat) dan aktivitas organisasi yang bisa dikatakan sangat sibuk bisa mendapatkan predikat Cumlaude dan Mahasiswa Teraktif Ke-2 . AKU BANGGA.....

#PART 1

Comments

Popular posts from this blog

Hampir saja sempurna

“… dan pada akhirnya dia memutuskan berlari bukan untuk menghampiri namun dia memilih pergi, tidak menyakiti melainkan memilih untuk memantaskan diri. Hingga akhirnya nanti dia akan kembali untuk memiliki. Ternyata semuanya hampir sempurna. Hanya saja kamu tidak sabar menanti, dan memilih berhenti untuk mencintai.”

kaulah arti cinta

Dalam kedinginan jiwaku Kau hadir mendekap erat dengan pelukan Dalam kesendirianku Kau isi dengan kemesraan Dalam kegalauan jiwaku tulusmu menghiburku Dalam kesepian malamku Kau hadir mengisi mimpiku Saat aku terjatuh Kau sedia menopangku Saat ku rapuh Kau mampu menuntunku Dan disaat aku terpuruk Kau hadir dengan penuh keyakinan memberikan semangat Tiada kata yang terindah untuk mu Karna kaulah arti dari sebuah cinta

Beranikan Diri Melangkah Kedepan Meninggalkan yang Melukai

Semakin bertambah usia biasanya semakin bertambah pelik kehidupan yang dijalani. Dilema menentukan masa depan ditentukan pada saat menjalani prosesnya. Sedikit yang menyadari bahwa proses sangat mempengaruhi sebuah hasil. Dalam proses tidak semuanya dapat dilalui dengan mulus, hambatan pasti banyak dari segala faktor. Terkadang terlalu banyak mendengarkan omongan orang membuat diri kita enggan melanjutkan proses yang sudah di rencanakan. Bahkan hingga prestasi yang sudah kita ciptakan bisa saja tidak membuat kita bangga dengan banyaknya kontroversi. Beratnya menjalani proses memerlukan dukungan dari segala pihak selain keluarga salah satunya orang lain yang kita anggap istimewa, bagaimana kalau seandainya ditinggalkan pada masa berat menghadapi proses tersebut? Ya, tentu saja kehilangan support system itu sangat menyulitkan. Jadi bagaimana caranya untuk tetap bisa menjalani proses dengan hasil yang sesuai dengan rencana? 1. Berikan penolakkan dalam diri Kita tidak bisa mema...