mereka tertawa seakan tanpa beban,
mereka tersenyum seakan tak sedang sakit
keceriaan mereka bukanlah kebahagiaan yang tercipta
saat itu mereka tertawa, benyanyi, menari berlompat-lompatan
tapi ketika melihat seseorang berbaju rapi, mereka menghapiri dengan menengadahkan tangannya dan saat tanpa hasil raut wajah merekapun berubah, seakan mereka lupa kalau mereka tadi sedang menari riang,
tak lama kemudian salah satu dari mereka mendapatkan koin uang receh, dan mereka yang tidak mendapatkan berusaha merebutnya dengan kata kata yang tak terduga "heh anji*g, eta duitna ker aing dieu", bocah sekisar 4tahun si pemilik koin melawan dengan marah "naon gobl*g ieu duit aing anj*ng" yang membuat tercenga lagi temennya meleraikan dengan bahasa "ges lah saretan sia tong garelut......".
sungguh tidak wajar anak-anak berusia 4-7 tahun memiliki bahasa seperti orang yang tidak memiliki ketenangan hati.
kalau begini siapa yang bsa disalahkan ? orang tua mereka membesarkan mereka saja dengan keterbatasan ekonomi bahkan menjadikan mereka tulang punggung keluarga, mereka tinggal di samping stasiun, mana bisa memberikan pendidikan yang layak untuk seusia mereka.
pemerintah? kadang tak selamanya segala hal kita salahkan pemerintah,
sepertinya tidak ada yang bisa disalahkan, hanya bagaimana cara untuk mengatasi mereka, mereka tidak hanya di tempat itu, ada yang di perempatan lalu lintas, pasar, dan tempat tempat kumuh pinggiran,
pernahkan sebagian orang yang di luar sana yang memiliki fasilitas lebih, kenyamanan, pendidikan tinggi, kebahagiaan yang tak terbebani , memikirkan mereka yang mencari uang receh setiap harinya untuk dikumpulkan hanya untuk sebungkus nasi untuk bersama - sama, adakah pikiran untuk menghawatirkan kelangsungan hidup mereka? adakah pikiran bagaimana ketika mereka tumbuh besar? dan bagaimana dampaknya? dan bagaimana cara menolongnya?
uang mungkin segalanya untuk mereka, tapi sebenernya mereka lebih membutuhkan perhatian, dan kasih sayang yang membawa keluar dari zonanya mereka, memberi mereka pengertia tentang arti sebuah kehidupan.
terlintas apakah mereka memiliki cia-cita dimasa depan?
anak-anak adalah waktunya mereka bermain sambil belajar, bukan untuk mencari uang ataupu bekerja.
semoga saja kelak ada yang mampu merubah mereka menjadi orang-orang yang berguna di masa akan datang.
bagi mereka langit tak pernah biru
dan tak pernah melihat ada pelangi setelah hujan
mereka tak tau akan indahnya pagi ketika matahari terbit di sambut burung-burung berkicau
mereka tak pernah tau mana bunga yang bermekaran mana yang layu
dan hari hari indahpun mungkin tak pernah mereka dapatkan.
mereka tersenyum seakan tak sedang sakit
keceriaan mereka bukanlah kebahagiaan yang tercipta
saat itu mereka tertawa, benyanyi, menari berlompat-lompatan
tapi ketika melihat seseorang berbaju rapi, mereka menghapiri dengan menengadahkan tangannya dan saat tanpa hasil raut wajah merekapun berubah, seakan mereka lupa kalau mereka tadi sedang menari riang,
tak lama kemudian salah satu dari mereka mendapatkan koin uang receh, dan mereka yang tidak mendapatkan berusaha merebutnya dengan kata kata yang tak terduga "heh anji*g, eta duitna ker aing dieu", bocah sekisar 4tahun si pemilik koin melawan dengan marah "naon gobl*g ieu duit aing anj*ng" yang membuat tercenga lagi temennya meleraikan dengan bahasa "ges lah saretan sia tong garelut......".
sungguh tidak wajar anak-anak berusia 4-7 tahun memiliki bahasa seperti orang yang tidak memiliki ketenangan hati.
kalau begini siapa yang bsa disalahkan ? orang tua mereka membesarkan mereka saja dengan keterbatasan ekonomi bahkan menjadikan mereka tulang punggung keluarga, mereka tinggal di samping stasiun, mana bisa memberikan pendidikan yang layak untuk seusia mereka.
pemerintah? kadang tak selamanya segala hal kita salahkan pemerintah,
sepertinya tidak ada yang bisa disalahkan, hanya bagaimana cara untuk mengatasi mereka, mereka tidak hanya di tempat itu, ada yang di perempatan lalu lintas, pasar, dan tempat tempat kumuh pinggiran,
pernahkan sebagian orang yang di luar sana yang memiliki fasilitas lebih, kenyamanan, pendidikan tinggi, kebahagiaan yang tak terbebani , memikirkan mereka yang mencari uang receh setiap harinya untuk dikumpulkan hanya untuk sebungkus nasi untuk bersama - sama, adakah pikiran untuk menghawatirkan kelangsungan hidup mereka? adakah pikiran bagaimana ketika mereka tumbuh besar? dan bagaimana dampaknya? dan bagaimana cara menolongnya?
uang mungkin segalanya untuk mereka, tapi sebenernya mereka lebih membutuhkan perhatian, dan kasih sayang yang membawa keluar dari zonanya mereka, memberi mereka pengertia tentang arti sebuah kehidupan.
terlintas apakah mereka memiliki cia-cita dimasa depan?
anak-anak adalah waktunya mereka bermain sambil belajar, bukan untuk mencari uang ataupu bekerja.
semoga saja kelak ada yang mampu merubah mereka menjadi orang-orang yang berguna di masa akan datang.
bagi mereka langit tak pernah biru
dan tak pernah melihat ada pelangi setelah hujan
mereka tak tau akan indahnya pagi ketika matahari terbit di sambut burung-burung berkicau
mereka tak pernah tau mana bunga yang bermekaran mana yang layu
dan hari hari indahpun mungkin tak pernah mereka dapatkan.
Comments
Post a Comment